Peterpan - Semua Tentang Kita by Umar At-Tipari

Jumat, 16 November 2012

... Tidak Ada Alasan ...


,,, Ya ,,,

Tidak Ada Alasan Rasanya Bagi Ku Menyerah Hanya Karena Sebuah Kegagalan

Karena Sebuah Kegagalan Adalah Kunci Untuk Menuju Sebuah Kesuksesan

Tidak Ada Alasan Rasanya
Bagi Ku Marah Hanya Karena Sebuah Hinaan Dan Cacian

Karena,, Nabi Ku Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

Adalah Teladan Yang Sempurna Bagi Ku Dalam Hal Kesabaran

Dan,,,

Tuhan Ku (Allah Azza Wa Jalla) Juga Berfirman Kepada Hambanya

"Bahwa Sesungguhnya Allah Bersama Orang-Orang Yang Sabar Maka, Tiada Batas Bagi Ku Dalam Sebuah Kesabaran"

Tidak Ada Alasan Juga Rasanya Bagi Ku
Menangis Hanya Karena Sebuah Perpisahan

Karena Ku Sadari Pertemuan Dan Perpisahan Adalah Rumus Dari Kehidupan

Maha Suci Allah Azza Wa Jalla Yang Telah Menciptakan Siang Dan Malam Dan Juga Pertemuan Serta Perpisahan

Tidak Ada Alasan Juga Rasanya Bagi Ku
Untuk Pasrah Kepada Sulitnya Keadaan
Tanpa Berusaha Dan Berdoa

Karena Yang Aku Tahu Allah Azza Wa Jalla Tidak Merubah Nasib Ku

Jika Tidak Aku Sendiri Yang Berusaha Untuk Merubahnya

Rabu, 14 November 2012

~ Aku Adalah Masa Lalu ~

Aku adalah masa lalu sebuah kepahitan
Yang lahir dari sebuah cinta
Aku adalah kesengsaraan penderitaan
Yang hidup dalam jiwa yang hitam

Ia adalah sebuah cinta terlupakan
Dan aku adalah sebuah kesenangan yang tertinggalkan

Cinta tlah mengubah jalan hidupku
Menjadi sebuah perjalanan yang panjang
Dan ia tlah merubah kebahagianku
Menjadi sebuah penderitaan

Usai sudah semua kenangan-kenangan itu
Aku bahagia dapat melepasmu
Usai sudah semua dustamu
Karna waktu tlah mengatakan padaku tentang dustamu
Dan usai sudah semua cinta yg menyakitkan ini

Aku lelah berada dalam dustamu
Aku senang dalam kesendirianku

By : Siti Nuraeni Al-kahfi

Selasa, 13 November 2012

...Kelebihan Bulan Muharram...

1. Bulan Muharram ialah bulan pertama dalam kalender hijriah.

2. Bulan Muharram adalah salah satu dari pada bulan-bulan Haram.

Allah berfirman, ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 36)

Nabi saw. bersabda, “Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan suci. Tiga bulan berturut-turut iaitu Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharram. Dan satu bulan lagi adalah Rejab yang terletak antara Jamadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Muslim no. 1679)

Bulan Haram yang dihormati itu ialah: Zulkaedah, Zulhijjah, Muharam dan Rejab.

Umat Islam dilarang berperang dan berbunuhan dalam bulan-bulan ini kecuali jika mereka diugut.

Larangan untuk melakukan maksiat adalah lebih keras dibanding bulan-bulan lain.

Abdullah Ibnu Abbas ra. mengatakan maksiat yang dilakukan di bulan haram adalah lebih besar dosanya dan amal baik yang dilakukan di bulan haram adalah lebih besar pahalanya. (Tafsir At-Thabari)

Al Allamah Ibnu Hajar menulis, telah meriwayatkan oleh Abi Daud bahawa Nabi (صلى الله عليه وسلم) memandubkan (yakni SUNAT) berpuasa di BULAN-BULAN HARAM .

Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda, "Puasa yang paling utama sesudah puasa bulan Ramadan
ialah puasa di bulan Muharram". (HR Muslim no. 1163)

Sabtu, 10 November 2012

Kenangan Cinta Luka…

suatu masa dulu kau mencabar disanubariku,
memecahkan kesunyian dan kesepian
kau meremaja dan tiada lelah kau iringi tatihku dengan canda keceriaanmu
kegembiraanku pun tergambar jelas dari kamar jiwaku
namun kini semua berakhir dengan gurisan kelukaan yang teramat pedih
dihati kecilku pun payah menahan sebak membayangkan kemanisan saat kita bersama dulu
kala gelita mengecup ubun malam, mataku lelah namun tak jua mau terlelap hingga membawa anganku menikung pada lembar_lembar diary canda penuh ceria
tetapi ia hanyalah satu ilusi yang hanya pantas untuk dikenang
ku akan terus merawat segala sisa kenangan sebagai tanda kejujuran, kesetiaan dan ketabahan bagi tali kasih yang masih terhimbas dalam benak hatiku
jauh disini…
hatiku masih merindumu…
disisa waktuku kuucapkan
“selamat berbahagia bersama dia yang kini kau cinta….
satu pesanku padamu….
jika suatu hari kau melihat ombak dan buih putih setia melanda tiap butir pasir dihamparan pantai
itulah gambaran ombak rindu yang masih selalu berdebur disamudra hatiku
dan jika kau tengok gelombang laut pasang diibarat gelora cintaku padamu yang tak pernah kan padam
walaupun hatiku terluka, nestapa dalam rana diri namun ku kan mencoba tegar dalam langkah merintis sisa takdir bersama sisa_sisa semangat yang masih ada diantara hempasan duka meruntun dijiwa yang hampa
entah……
kemana hendak kucampak sisa cinta yang masih terselip dirongga sunsum jiwa ini….

Rabu, 07 November 2012

Cinta Yang Aku Punya . . .

Jauh anganku mengembara
menyisir dan mencari sesuatu yang kudamba
tuk menuai mahligai bahagia,
sebenarnya hanya satu cinta dengan segala kejujuran itu yang aku damba
“karena cintaku pun jujur apa adanya untukmu”
adakah lagi yang lebih sakit dari apa yang kurasakan ini…
mampukah aku tuk bertahan sendiri diruang yang tidak kutemui secuilpun cahaya
ENGKAU Maha Pengatur segalanya…..
inilah kenyataan yang harus aku alami dan tempuhi
jalan hidup ini penuh onak dan duri,
garis takdirmu menjadi bagian dari lamunanku
tak dapat kulepas saat kumencoba berlari menuju ujung senja yang merona
masihkah ada harapanku…?
masihkah ada kesempatan untukku meraih kembali hatimu…?
langkah terus kupijakkan…
walau tertatih dan tak jarang aku terjatuh…
haruskah kuterus menanti impian yang tak pasti…?
hingga waktu lewat begitu saja….
seiring embun menghias dedaun
semoga kutemukan titik harapan tuk mencanarkan hampa yang melonjak ditelungkup hatiku
walau perihnya luka ini sungguh tak bisa aku pungkiri,
kuingin hanyalah kesetiaan diatas segalanya….


_Lembayung Kelam_

Dalam Kamar

berjeruji hari kelam
berteman dengan lampu-lampu yang enggan bersinar
aku sendiri
tangisi setiap tarikan nafasku yang sia-sia
hingga kering mata
tak ada aksara dalam fikiran
suram
tak ada pena yang menari-nari
di atas kertas
hanya sebatang rokok
terselip dalam jemari
kepulan asap, mencekik
bagai pisau
memotong nadi, aliran darah.
bagaikan tali yang menarikku
dalam lembah kesunyian.
meniti tiap detik
yang masih gelap
from Chandra Daniel [ch4ndr4.daniel@xxxxx]

Jumat, 02 November 2012

Bentrok Lagi ... . .


Wajah Wayan Lastri pias. Matanya memancarkan ketakutan. Di pangkuannya ada bocah balita. Sesekali ia mengusap kening si bocah. Matanya tak bisa tenang,  menoleh ke kiri dan kanan. “Saya tidak tahu mengapa kita dikumpulkan di sini, katanya mau diungsikan,” ujarnya cemas. Bibirnya gemetar.

Tak begitu jauh dari Wayan, ada Ketut Saebang, dan sang istri. Pasangan itu tak berhenti menangis. Bayi mereka masih berumur tujuh belas hari membiru. Ia belum diberi nama. Matanya kuyu, dan mulutnya terus membuka. “Sudah dua hari kami menginap di kebun, kehujanan dan kedinginan. Rumah kami dibakar,” ujar Agung terisak. 

Mujur, di hari itu ada petugas medis tiba. Selang oksigen dicolok ke hidung bayi mungil, sebelum dibawa menuju Rumah Sakit Umum Abdul Muluk Bandar Lampung. Menyusul mobil polisi, dan sejumlah bus.  Wayan, Ketut, dan ribuan warga yang dicekam ketakutan pun berkemas. Dengan modal bungkusan berisi baju, mereka berebut masuk ke kendaraan itu.

Wayan Lastri, dan ribuan warga Balinuraga lain itu adalah korban bentrokan dua desa di Lampung Selatan, Desa Agom, Kecamatan Kalianda dan Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan.

Desa mereka dibakar massa, pada bentrokan Senin 29 Oktober 2012. Kini warga Balinuraga mengungsi ke perkebunan yang letaknya cukup jauh dari desa malang itu. Ribuan warga Desa Balinuraga, yang rumahnya luluh lantak terpaksa diungsikan ke Sekolah Polisi Negara (SPN) Kemiling Polda Lampung, di Bandar Lampung. Sekitar 300 KK dengan jumlah 1000 jiwa lebih di tempatkan di tiga gedung di markas pendidikan polisi tersebut.

Mereka tidur seadanya di atas tikar dan terpal plastik. Kaum renta, dewasa, anak-anak, balita. Laki-laki dan perempuan. “Kami sangat sedih melihat rumah kami hancur. Tinggal di pengungsian adalah pilihan terbaik, meski kondisinya memprihatinkan,” ungkap I Nyoman Sude saat ditemui VIVAnews di pengungsian.

Gara-gara motor jatuh

Bentrokan itu diawali oleh hal sepele. Selepas magrib, pada Sabtu, 27 Oktober 2012 lalu, Emilia Elisa dan Nurdiana naik motor berboncengan melintas di desa Balinuraga. Kedua gadis Desa Agom itu hendak pulang setelah berbelanja bersama teman-temannya. Di tengah jalan, motor mereka menabrak sepeda yang dinaiki dua pemuda dari Desa Balinuraga.

Emilia dan Nurdiana terjatuh. “Kondisi sudah agak gelap, tiba-tiba ada sepeda di tengah jalan, saya tidak sempat ngerem dan kami bertabrakan. Saya jatuh dan tangan saya lecet,” tutur Nurdiana. “Saya berteriak minta tolong, namun tidak ada orang yang membantu. Dua orang yang naik sepeda itu lalu mendekati kami. Kami ditanya-tanya. Lalu kami dibantu diangkat,” ujarnya.

Menurut Emilia, ia juga dibantu, tapi ia merasa agak risih. “Pas saya dibantu diangkat, tangan orang yang membantu saya itu seperti mencolek-colek paha saya. Saya juga tidak tahu berapa orang membantu karena saat itu gelap,” cerita Emilia. Keduanya lalu dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kalianda, Lampung Selatan.

Rupanya kejadian itu berbuntut. Orang tua kedua gadis tidak terima. Mereka merasa anaknya mengalami pelecehan. Puluhan warga desa Agom lalu berkumpul hendak meminta pertanggungjawaban dari para pemuda yang mereka duga berasal dari Desa Balinuraga.

Kondisi yang sempat memanas ini bisa diredam, setelah kedua kepala desa bertemu. “Saya juga ikut dalam pertemuan itu. Kedua pihak sudah menyatakan damai setelah mendengar penjelasan dua pihak,” tutur Ketua Parisade Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Lampung Selatan, Made Sukintre.

Namun, kabar pelecehan  itu keburu menyebar. Sekitar 500 warga desa Agom tetap tidak terima, dan menuntut tanggung jawab keluarga si pemuda desa seberang. Menjelang tengah malam, mereka berarak menuju Desa Balinuraga.

Tapi, kata seorang warga Agom yang ikut arakan rombongan itu,  mereka ternyata sudah 'disambut' saat masuk ke Balinuraga. "Kami sempat bentrok. Lalu terdengar suara tembakan, mungkin dari senjata api rakitan,”kata dia.

Setelah huru hara mereda, mereka baru tahu kalau satu warga Desa Agom, Marhadan,  tertembak. Lekaki malang itu meninggal di tempat. Warga Desa Agom pun mundur, mereka merasa kalah jumlah. 

Esoknya, ribuan orang kembali berkumpul di Simpang Way Arong, Kalianda. Bukan hanya warga Desa Agom, namun juga desa-desa tetangga. Setiap orang menenteng senjata. Ada bambu runcing, golok, badik, samurai, tombak, hingga senapan api. “Hutang nyawa harus dibayar nyawa” teriak seseorang dari kerumunan sambil mengacungkan parangnya ke udara.

Hari itu, Minggu 28 Oktober 2012, sekitar pukul 10 pagi mereka bertekad menyerang Desa Balinuraga.

Di perbatasan desa, bentrokan kembali pecah. Sejumlah rumah dibakar, dua orang tewas. Kebanyakan luka bacok dan tertembak. Aparat keamanan dari polisi dan marinir yang berjaga tidak bisa bertindak banyak.

Perkelahian berdarah berlanjut hingga Senin 29 Oktober. Sekitar 10 ribu orang, entah berasal dari wilayah mana, berkumpul di Pasar Patok, yang letaknya persis di tengah kedua desa. Mereka lalu menuju Desa Balinuraga. Massa berniat membantu warga Desa Agom untuk menyerang kembali Desa Balinuraga.

Aparat keamanan tidak tinggal diam. Lebih dari 1.000 aparat dari Polda Lampung dan TNI AD serta AL Lampung mencoba menghalau dengan membuat barikade di pintu masuk kedua desa. Puluhan ribu orang yang kalap, mereka melempari barikade. 

Kondisi makin panas. Gagal menembus tiga lapis barikade, massa mencari jalan alternatif. Mereka menyeberangi sungai, melewati kebun jagung, persawahan, hingga kebun karet. Satu jam sekitar 10 ribu massa berjalan kaki menuju Desa Balinuraga dengan memutar jalan.

Desa Balinuraga pun tertembus. Bentrokan di areal persawahan tak bisa dihindari. Rupanya, sekitar 3000 warga Balinuraga itu kalah jumlah, mereka pun terpukul mundur. Nahas, beberapa orang terjebak.  Dengan brutal mereka dihajar sampai tewas. Mayatnya penuh luka bacokan. Ada juga yang dibakar. Seorang korban kakinya dipotong, dan seorang lagi kepalanya dipenggal.

Puas melampiaskan amarahnya, massa kembali pulang. Mereka meninggalkan 12 orang tewas, puluhan orang luka-luka, 300 rumah lebih dibakar, mobil dan motor hangus, sekolah dan fasilitas umum rusak.  Juga trauma dan ketakutan mendalam.

“Peristiwa ini adalah konflik akumulatif,” ujar seorang sosiolog dari Universitas Lampung, Hartoyo, kepada VIVAnews, Jumat  2 November. Dia mencatat sedikitnya sudah terjadi lebih dari lima peristiwa serupa di Lampung Selatan sejak 1990-an.

Tapi bentrokan tak hanya terjadi pada dua etnis itu saja. Menurutnya, peristiwa bentrokan itu menjadi masif karena kejadian ini sudah menyangkut nilai-nilai dasar masyarakat. “Jadi, jika ada sedikit saja isu, akan mudah menjadi pemicu konflik, namun harusnya jangan sampai anarkis,” ujarnya.

Apa yang terjadi di Lampung cukup membuat siapa pun terheyak. Begitu mudah warga tersulut, lalu menjadi buas dan brutal. Bentrokan massal tidak hanya terjadi di Lampung.  Di sejumlah daerah lain, masyarakat tampaknya mudah dibakar angkara murka.  Pemicunya pun soal sepele.

Separuh Jiwaku Pergi




malam kian larut dan bahkan hampir dini
namun mataku masih juga tak mau terlelap panas bukan menahan kantuk tapi bengkak ini membuatku enggan memejamkannya
senja tadi untuk yang kesekian kalinya hatiku terluka
jika cintamu itu nyata untukku kenapa kau mampu lakukan itu
seandainya menyayangmu itu kesalahan,
hukuman apalagi yang akan kau berikan….
suara desir angin dan dengung serangga malam membuatku kian tersudut,,
cekikannya seolah mentertawakan diriku,,,
telah kuberikan cinta pada hati  
kubiarkan rinduku tergulung dilembar hatimu yang beku
hingga bias fajar menerobos lewat celah jendela kamarku, silau sinarnya tak kuhiraukan
enggan aku bangkit dari tempat tidurku, kumerasakan bagai kehilangan separuh nyawaku…
madahmu semalam menyisakan duka tak berujung dihati dan jiwaku….
kegamangan makin tak terkendali, sosokmu membiarkanku merasakan kepedihan ini sendiri
engkau acuhkan aku,, diammu membuatku kian tersisih
Cinta……..
sampai kapan kau akan siksa aku dengan sikapmu…?
lihatlah…..
lihatlah….
ini tak hanya goresan luka tapi sayatan yang merobek urat nadi hingga keulu hati
kau tahu bagaimana rasanya….?
sungguh kuingin membencimu dengan cintaku,,
melupakanmu dengan menghapus semua kenangan bersamamu,,
kujuga ingin menarik diri dari hidupmu…
namun bagaimana kubisa….
jikalau separuh hatiku ada dibilah dadamu,,
nafaskupun ada berbaur diurat nadimu…
namun sungguh kebisuanmu tak mengharapkan sosok kehadiranku…..

_lembayung kelam_