Peterpan - Semua Tentang Kita by Umar At-Tipari

Senin, 28 Oktober 2013

Sumpah Pemuda, Perlukah Kita Bersumpah Lagi?



*Sumpah
oleh Tere Liye


Maukah kalian mendengar cerita tentang seorang pemuda? Tampan orangnya, pintar sekali, dermawan dan baik hati, dan jelas dia seorang pembicara yang ulung, disukai banyak orang. Tapi, orang melupakan fakta yang sangat mengharukan, bahwa pemuda ini, menghabiskan waktu bertahun2 di dalam penjara, di pengasingan.

Jika kalian harus menghabiskan lebih dari 10 tahun di penjara, dalam pengasingan, bagaimana kira2? Dan semua pengasingan itu simply karena kita tidak bersalah. Kita diasingkan karena memiliki cita2 luhur, memiliki mimpi2 indah, memiliki kecintaan yang luar biasa atas orang banyak. Kita diasingkan untuk semua kebaikan yang kita lakukan. Bagaimana kira2? Lebih mengharukan lagi.

Tapi beginilah nasib pemuda ini. Akan saya catat satu-persatu pengasingannya di seluruh negeri Indonesia secara kronologis.

Cerita ini bermula 80 tahun silam, tahun 1929, saat usianya 28 tahun ketika dia ditangkap pertama kali, lantas dijebloskan dalam penjara Banceuy, Bandung. Kalau kalian pernah ke Bandung, pasti tahu jalan Banceuy. Beliau pernah dipenjarakan di sana. Kemudian dipindahkan ke Penjara Sukamiskin Bandung (tempat top tahanan korupsi sekarang), tapi pemuda ini sungguh tidak dipenjara karena hal hina tersebut. Dia dipenjara 2 tahun di sini.

Dibebaskan, menikmati kebebasan selama 3 tahun, pada usia 33 tahun, dia dibawa ke nun jauh ke pulau Flores, Ende, NTT. Diasingkan habis2an dari apapun. Di sini, dia harus menelan sepi selama 4 tahun 9 bulan. Bahkan hingga hari ini, pulau Flores tetap saja tidak mudah digapai dari Jakarta, apalagi masa itu, 80 tahun silam. Naik kapal, naik kuda, jalan kaki. Itu perjalanan panjang. Masa itu, kirimkan surat dari Flores ke Jakarta, butuh waktu berbulan2 untuk tiba.

Lepas dari Ende, dia diangkut ke Bengkulu, sempat dijebloskan ke penjara Benteng Marlborough yang seram itu, kemudian diasingkan di rumah selama 4 tahun. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun, hidupnya hanya pindah lokasi pengasingan saja. Dari Bengkulu, saat usianya 41 tahun, dia dibawa ke Padang dan Bukit Tinggi, lagi2 pindah lokasi. Dan bahkan cerita belum selesai, dia juga diasingkan di Muntok beberapa tahun kemudian, saat Indonesia sudah merdeka.

Pemuda ini adalah Soekarno. Kita mungkin tidak pernah tahu--atau tidak peduli, dia pernah dipenjara, diasingkan oleh penjajah lebih dari 10 tahun, mulai usia 28 hingga usia 42 tahun. Kenapa dia dipenjara? Karena dia 'bersumpah' akan memerdekakan bangsa ini. Kenapa pula dia harus repot2 memerdekakan bangsa ini, apa untungnya? Mending ke Belanda sana, jadi orang terdidik yang kaya dan terkenal. Saya tidak tahu alasan pastinya. Pemuda ini pastilah memiliki kecintaan yang baik atas orang banyak. Dia ingin semua orang hidup merdeka, layak, aman, sejahtera. Maka dia siap menebus keinginan tersebut dengan apa saja.

Sejarah selalu mencatat: orang2 hebat, yang memang hebat, pasti pernah mengalami masa2 sulit dan mengharukan. Dipenjarakan adalah salah-satu resiko yang paling mudah terlihat. Saya tidak bilang Soekarno adalah orang yang sempurna, pasti masuk surga, dsbgnya, tapi kita bisa belajar banyak dari pengalaman hidupnya. Adanya negara Indonesia, tentu MUTLAK atas berkat rahmat Allah (yg disebut dalam preambule), tapi daya upaya Soekarno menjadi bagian dari jalan kemerdekaan tersebut--termasuk daya upaya pemuda2 lain seperti Bung Hatta (yg juga diasingkan 10 tahun lebih), Syahrir, dsbgnya. Allah memilih pemuda2 ini sebagai jalan kemerdekaan, jalan kehidupan kita yang damai tenteram--tidak seperti Suriah, Afganistan, dll yang masing perang.

Maka, mengenang masa2 itu, hari ini, di hari sumpah pemuda, semoga sejarah tidak terbalik, semoga masih ada pemuda2 yang memiliki kecintaan kepada orang banyak. Punya mimpi agar anak2 di sekitar kita hidup lebih baik, hidup lebih bermartabat dan bahagia. Pemuda2 yang peduli, mau bermanfaat bagi banyak orang. Bukan hanya memikirkan dunia, sikut menyikut, merusak diri sendiri, dan zalim sekali. Lihatlah, penjara Sukamiskin Bandung, tidak lagi menahan pemuda seperti Soekarno, yang ditahan karena kecintaan yang baik, Sukamiskin Bandung sekarang lebih banyak menampung pemuda yang korup, yang kecintaannya pada harta benda lebih tinggi.

Rabu, 09 Oktober 2013

Berkurbanlah Ukuran yang lebih hakiki

*Ukuran yang lebih hakiki

Kenapa di mata Allah kemuliaan seseorang tidak pernah diukur dari gelar pendidikan formal, tumpukan harta, atau wajah tampan/cantik macam anggota boyband/girlband? Karena itu semua sifatnya duniawi, tidak ada yang dibawa ke liang kubur.

Dan yang lebih penting lagi, karena Allah telah menentukan ukuran yang lebih hakiki.

Tukang cuci sebuah rumah, pekerjaannya membuat dia menunduk2 menghormati juragannya. Tiap bulan dia menyisihkan sedikit gajinya yang kecil, dihemat2, untuk apa? Hanya ingin menyembelih seekor kambing ketika hari raya kurban. "Kata pak kiyai, setiap helai bulunya dihitung kebaikan."

Buruh tani, pekerjaannya di sawah orang2, tidak punya lahan, jika tidak ada yg menyuruh, tidak ada pekerjaan baginya. Tiap minggu dia menyisihkan sedikit dari gajinya yang seadanya. Untuk apa? Hanya ingin berkurban di hari lebaran. "Ah, saya ini miskin, tidak bisa bantu bangun masjid, sedekah banyak, naik haji, atau apalah, hanya ini, seekor kambing setiap tahun."

Anak2 panti asuhan, dibesarkan oleh sumbangan orang2 yg peduli, tetap saja bareng2 menyisihkan uang sumbangan yg sudah sedikit itu untuk kurban tiap tahun. Disuruh kakak asuhnya memang, tapi cepat atau lambat, pemahaman yatim piatu ini akan sama cemerlangnya dengan kakak asuhnya.

Lantas, kalau kita disuruh berdiri berjejer dengan tukang cuci yg tangannya keriput oleh air dan sabun. Dengan buruh tani yang badannya hitam terbakar matahari. Dengan anak2 panti asuhan, yg badannya bau asem karena main sepanjang hari, tidak ganti2 baju. Apakah kita merasa lebih mulia di hadapan Allah?

Kita, yg bergaji jutaan, bahkan belasan. Punya telepon genggam berjuta2 rupiah, menghabiskan pulsa ratusan ribu tiap bulannya. Sekali makan di restoran ratusan ribu. Kita, meskipun masih sekolah/kuliah, tapi yg dikasih uang jajan bahkan lebih banyak dibanding penghasilan 29 juta rakyat Indonesia yg cuma 7.000/hari. Apakah kita merasa lebih mulia di hadapan Allah jika sekalipun kita tidak tergerak hati berkurban tiap tahun? Bahkan kita tidak mau mendengarkan seruan itu, malas membacanya, jauh2 bukan urusan saya?

Ber-korbanlah. Tunjukkan bukti cinta kita pada agama ini. Berikanlah yang terbaik, bukan sisa-sisa, karena Allah telah menentukan ukuran yang lebih hakiki.

*7 hari lagi idul kurban, ayo ikutan.

Tere Liye

Senin, 07 Oktober 2013

Menatap Muhammad purnama rindu


Menatap Muhammad purnama rindu
tiada mentari yang tak malu
tiada lidah yang tak kelu
tiada hati yang tak menderu
tiada pula bintang gemintang yang tak bergetar-getar menahan segenap kelipnya
merintih akuulah geletar cahaya Muhammad, aakulah geletar cahaya Muhammad , aakulah geletarr cahaya Muhammad
dan tiapa pula awan yang tak berarak-arak menanti pertemuan dengan mu duhai Muhammad

Menatap Muhammad rembulan rindu
tiada bestari yang tak syahdu
tiada melodi yang tak sendu
tiada jemari yang tak beradu
tiada pula badai taupan yang tak bertiup kencang menahan segenap hasratnya
meronta akuulah dahsyat cahaya Muhammad, aakulah dahsyat kuat Muhammad, aakulah dahsyat cahaya Muhammad
dan tiada pula sepoi yang tak bertiup-tiupan menanti persuaan dengan mu duhai Muhammad

Menatap Muhammad gemerlapan rindu
tiada jauhari yang tak bersatu
tiada cinta yang tak berpadu
tiada rindu yang tak bertalu
tiada hidup yang tak baharu
tiada pula puncak merapi yang tak bergolak kawah menahan segenap takjubnya
meletup aakulah gelora cahaya Muhammad, aakulah gelora cahaya Muhammad, aakulah gelora cahaya Muhammad
dan tiada pula gempa yang tak bergoyang-goyang gelisah akan pertemuan dengan mu duhai Muhammad

Menatap Muhammad alifnya rindu
tiada ba` yang tak melengkung
tiada ‘ain yang tak mencekung
tiada penglihatan yang tak tercenung
tiada mata yang tak berpalung
tiada pula samudera yang tak menggelegak ombak menahan segenap asmaranya
mendeburr aakulah gelombang cahaya Muhammad, aakulah gelombang cahaya Muhammad , aaa kulah gelombang cahaya Muhammad
dan tiada pula ikan dan buih yang tak menari resah menanti perhelatan denganmu duhai Muhammad


Menatap Muhammad hakikat rindu
tiada mata yang tak nanar
tiada bejana yang tak lubar
tiada pedang yang tak lumar
tiada zirah yang tak lumat
tiada pula bumi-bumi yang tak bergempaan menahan segenap cintanya
menggoncang akulah goncang cahaya Muhammad, aakulah goncang cahaya Muhammad, aakulah goncang cahaya Muhammad
dan tiada pula kendi-kendi yang tak berpecahan menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad

Meresapi Muhammad mawar-melati rindu
tiada tangkai yang tak tertekuk
tak pula hidung yang tak tertenung
tiada daun yang tak mendayu
tak pula indera yang tak merenung
tiada pula kata-bahasa yang tak terpatah resah menahan segenap takjubnya
merintih akulah takjub cahaya Muhammad, akulah suci cahaya Muhammad, akulah diam cahaya Muhammad
dan tiada pula lidah-kelu yang tak berdiaman menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad

Menatap Muhammad merak rindu
tiada bahari yang tak menderu
tiada anjungan yang tak berderak
tiada hari yang tak menderu
tiada sahara yang tak menggelegak
tiada pula rajawali garuda yang tak melayang tinggi menahan segenap hasratnya
mencericit akulah takjub cantik Muhammad, aakulah takjub cahaya Muhammad,  aakulah warna-warni Muhammad
dan tiada pula nuri dan emprit yang tak berkicauan sendu menanti pertemuan denganmu duhai Muhammad

Mengingat segenap Mulia Muhammad
pastilah Tuhan kan bersalawat
tiada Malaikat yang tak bersalawat
tiada mukmin yang tak bersalawat
tiada mukmin yang tak bersyafaat
tiada pula pendosa yang tak bergetar takut menjerit
aakulah tujuan kasih Muhammad, aakulah harapkan syafa’at Muhammad, aakulah harapkan syafa’at Muhammad
dan tiada pula pendoa yang tak bermajlis salawat hingga sekarat menanti kepastian syafa’atMu duhai Muhammad

Mengingat segenap Indah Muhammad
tiada Zulaikha yang tak ber-Yusuf
tiada Fathimah yang tak ber-‘Ali
tiada Layla yang tak ber-Majnun
tiada Romeo yang tak ber-Yulia
tiada pula kekasih dan pengantin yang tak berpasang-pasangan bercinta merintih
kaamilah cahaya kasih Muhammad, kaamilah cahaya indah Muhammad, kaamilah bidadari cinta Muhammad
dan tiada pula bidadari-bidadara  surga yang tak merindukan cahaya Indahmu, duhai Muhammad

By: Filsafatislam.net

Sajak "Semua orang suka"


Semua orang suka melihat pantai
Biru menghampar air lautan
Sejauh mata memandang terlihat bening
Angin tanpa saputan awan
Sungguh mengagumkan

Tapi tidak tahukah, Kawan
Pantai terindah justeru ada di hati kita masing-masing
Biru menghampar air pemahaman
Sejauh mata mencerna terasa lega
Tanpa gumpalan benci dan cemas
Sungguh lebih mengagumkan

Semua orang suka melihat air terjun
Rimbun pohon di sekitarnya
Butir air terbang menerpa wajah
Begitu sejuk dan dingin

Semua orang suka melihat gunung
Hijau gagah berselimut kabut
Terasa alami dan bersahaja
Begitu kokoh dan mengagumkan

Tapi tidak tahukah, Kawan
Air terjun paling indah ada di hati kita
Gunung paling perkasa ada di hati kita

Mulailah perjalanan memahaminya
Bahkan kita bisa melihat pelangi sejuta warna di dalamnya

*Tere Liye