Banyak sekali orang yang berusaha meyakinkan sebuah urusan di hati
orang lain. Mematut-matut apakah orang lain akan bilang iya, sependapat
kepada kita, serius sekali mencari cara agar orang lain menghargai apa
yang sedang kita kerjakan.
Buat apa?
Bukankah
keyakinan itu tidak ada di hati orang lain, melainkan di hati kita
sendiri. Jangan terbalik memahaminya. Karena jika berjuta orang bilang
"oke", tetap kita sendiri yang tahu persis "oke" sungguhan atau tidak.
Kedamaian, kebahagiaan itu ada di hati kita. Sesederhana itu.
Maka
tidak perlu sama sekali pamer ini, pamer itu. Tidak perlu sama sekali
berdebat ini, berdebat itu. Tidak perlu sama sekali menunjukkan kalau
kita itu keren, cool, hebat. Buat apa? Kalaupun orang2 memang bilang
begitu, tetap saja yang tahu persis kita sendiri.
Saya
menulis hal ini berkali-kali, berkali-kali, agar kita paham sekali
situasinya. Sekolah misalnya, tidak ada itu definisi sekolah top,
jurusan top, sekali kita meyakini pilihan kita oke, dijalani dengan
sungguh2, maka top sudah jurusan dan kampus kita. Pekerjaan contoh
berikutnya, tidak ada itu definisi pekerjaan hebat, karena bahkan tukang
semir, tukang jaga WC di terminal, bisa bahagia dengan pekerjaannya.
Sementara bos perusahaan, menteri, pejabat, segala sesuatu yang disangka
keren banget, ternyata tidak bahagia, susah tidur. Apalagi kalau hanya
soal pilihan, pendapat, dsbgnya. Silahkan saja kalau orang2 mau
mendefenisikan mana yang top mana yang tidak, mana yang bahagia mana
yang tidak bahagia, silahkan, toh, kita tidak hidup dalam definisi
orang2 tersebut.
Kita tidak perlu meminjam pendapat orang
lain untuk berdiri tegak atas pendapat sendiri. Kita tidak perlu
meminjam kalimat2 orang lain untuk meyakini kalimat2 sendiri. Dan
sungguh, kita tidak pernah membutuhkan kebahagiaan di hati orang lain,
untuk memiliki kebahagiaan di hati sendiri.
Itulah kenapa, dalam agama itu, pelajaran pertama yang diberikan adalah: tauhid. Keyakinan.
Karena
Allah (yang maha tahu ciptaannya), menyiapkan mahkluk yang disebut
manusia itu, besok lusa akan dinilai dari keyakinan, faith, iman di
dalam hatinya. Fisiknya hancur lebur, menjadi tanah, tapi jiwanya,
keyakinan tersebut akan menetap. Carilah pondasi keyakinan paling mantap
dalam hidup ini, prinsip2 kebenaran, pemahaman hidup terbaiknya, lantas
jalani dengan kalimat, tindakan yang kongkret.
Tidak ada
yang menjanjikan kita akan kaya, terkenal, berkuasa dengan hal tersebut,
tapi dijamin, kedamaian akan menetap di hati kita.
Oleh Tere Liye