JIKA KAMU BERADA DI WAKTU SORE, JANGANLAH MENUNGGU HINGGA TERBIT FAJAR
Kamis, 06 Desember 2012
♥ Hanya Untuk Menjadi Baik ♥
Begitu ingin kita merasai semua nikmat yang mungkin kita dapat.
Memanjakan syaraf perasa yang sering meminta haknya, melenakan jiwa yang
kadang lelah dalam tekanan kerja, dan bagi sebagian kita, ia adalah
kebanggaan yang membusungkan dada. Seolah telah terbayar lunas semua
jerih payah. Seolah telah tiba masa bersuka ria.
Bukankah hidup
adalah perlombaan? Dan alangkah senangnya menjadi pemenang! Kita telah
bekerja keras untuk semua itu, siang malam sepanjang hari sepanjang
usia. Melawan diri sendiri maupun orang lain, mengisi waktu dan
membuahkan pengorbanan yang sekian lama telah kita tanam benihnya.
Inilah saat beristirahat. Inilah akhir masa susah. Dan kita ingin semua
ini selamanya. Tapi bagaimana jika kebalikannya yang terjadi?
Ia bernama kematian. Pemutus semua kenikmatan yang membuat seluruh
pencapaian duniawi teronggok sia-sia, semua kelezatan tinggal nama,
semua peristiwa menjadi cerita, dan semua kerja keras menjadi derita tak
berbatas. Kini, semua kebanggaan telah tercabik-cabik waktu. Kematian
yang mengintai seringkali membuyarkan mimpi dan menghempaskan asa.
Bahkan seringkali, sehari dalam hidup kita tidak genap lagi saat ia
menghampiri.
Namun sekarang ia menjadi kabur karena
tanda-tandanya telah luntur. Begitu banyak kenikmatan yang belum kita
cecap, sedang raga yang mulai uzur mulai berkhianat melawan sunatullah.
Berangan hidup seribu tahun atas nama ketamakan akan nikmat dunia yang
tak juga memuaskan dahaga jiwa. Padahal, adakah yang lebih buruk
daripada mereka yang lupa akan kematian dan memiliki angan-angan
setinggi langit tanpa tepi? Kealpaan akan Allah yang membuat mereka
selalu mencari nikmat duniawi, lagi dan lagi. Bersusah payah menghindari
wacana kematian karena tak ingin itu terjadi.
Tapi siapa yang
sanggup melawan kehendak-Nya? Kematian tetap akan datang ketika saatnya
menjelang. Tepat waktu tanpa percepatan atau perlambatan, sebagai sebuah
ketetapan yang pasti adanya. Hingga semua upaya penghindarannya menjadi
sia-sia karena ia datang tanpa kompromi. Tanpa permisi sebagai
permintaan persetujuan, tanpa diskusi sehingga kita sempat mempersiapkan
semua kemungkinan.
Bagi hamba yang beriman, kematian adalah
gerbang surga. Kendaraan yang justru ditunggu untuk menghantarkannya
kepada kekasih yang dirindu, Allah. Penyingkap kepalsuan dunia dan
penggenap keyakinan akan akhirat. Penasihat yang jujur agar terhindar
dari angan-angan semu tentang kemewahan dunia. Sebab kematian tidak bisa
lagi diperdebatkan.
Maka dalam hidup ini, tidak ada pilihan
selain berkomitmen menjadi hamba yang baik. Yang meretas jalan pulang
agar meninggalkan jejak-jejak keshalihan; sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, juga anak shalih yang mendoakannya. Hingga hidup bukan
sekadar memperlama masa tinggal di dunia namun terlena Wal iyadzu
billah!. Kemudian kita lantunkan doa Rasulullah, “Ya Allah, hidupkanlah
hamba jika dalam ilmu-Mu, hidup adalah lebih baik bagi hamba!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar