KAMI BUKAN TERORIS
Lage,
peryergapan terduga markas teroris terjadi di beberapa wilayah Indonesia
khususnya di Pulau Jawa. Pengrebegan tersebut merupakan tindak lanjut oleh tim
Densus 88, setelah melakukan investigasi terhadap salah satu satu terduga teroris
yang tertangkap.
Masih tumbuh
suburnya terorisme di Indonesia tidak terlepas dari gencarnya perekrutan
anggota baru yang mayoritas mereka adalah kaum muda. Apalagi perekrutan itu
kabarnya mengatas namakan jalan Jihad sebagai aksi atas kekecewaan terhadap
penindasan kaum muslim di Rohingnya.
Tidak adanya
upaya dari pemerintah kita, membuat beberapa kalangan kecewa atas peristiwa
yang menimpa saudara kita di Rohingnya. Isu-isu itulah yang dijadikan para
gembong teroris sebagai alat untuk melakukan perekrutan anggota baru.
Dan lage-lage
Islam kini di sorot sebagai agama yang radikal, yang banyak melahirkan para
terorisme dan pembuat bom. Tentunya opini tersebut tidak terlepas dari
pemberitaan media. Padahal kita tak boleh men-justice begitu saja,
walaupun dalam kenyataannya mereka adalah muslim.
Islam tak pernah
mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap keras, tapi bukan berarti Islam
itu lemah. Islam itu cinta damai. Hal tersebut tidak hanya opini penulis saja
akan tetapi sudah tertera di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Seperti dalam firman
Allah QS. Al- Kafirun ayat 6
ö/ä3s9 ö/ä3ãYÏ uÍ<ur ÈûïÏ ÇÏÈ
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Sudah
jelas bahwa Islam melarang akan perbuatan memaksa apalagi sampai melakukan
tindakan anarkis seperti terorime serta pengeboman.
a. Makna
Jihad
Kata
jihad, mungkin anda sering mendengarnya. Tapi tak banyak orang tahu makna Jihad
yang sesungguhnya. Kebanyakan dari mereka mengartikan kata Jihad itu sebagai
tindakan yang radikal serta brutal.
Mari
kita bedah makna Jihad, agar tak terjadi penafsiran yang keliru tentang hal
tersebut. Menurut Quraisy Shihab kata jihad terulang dalam Al-Qur’an sebanyak
empat puluh kali dengan berbagai bentuknya. Sedangkan menurut Ibnu Faris dalam
buknya Mu’jam Al-Maqayis fi Al-Lughah, “Semua kata yang terdiri dari huruf
j-h-d, pada awalnya mengandung arti kesulitan atau kesukaran.”
Sementara
di hadist cukup banyak persoalan jihad. Imam Nawawi menyebut 67 hadis di dalam
kitabnya Riyadh al- Shalihin. Diantaranya Jihad menempati posisi setelah
beriman kepada Allah dan Rasul_nya. Demikian juga Jihad disebutkan setelah
shalat tepat waktu dan berbakti kepada orang tua.
b.
Berbagai macam Jihad
Pada
hakekatnya jihad bukan hanya berkaitan dengan peperangan dan mengangkat
senyata. Ibn al-Qayyim al-Jauzy membagi Jihad ke dalam empat tahapan, yaitu
1.
Jihad mengalahkan hawa
nafsu, terbagi menjadi empat macam, yaitu menuntut ilmu, mengamalkan ilmu,
berdakwah dan bersabar menghadapi tantangan.
2.
Jihad mengalhakan
setan, terbagi menjadi dua kategori, yaitu menjauhi perkara subhat dan menolak
bisikan syahwat.
3.
Jihad secara fisik
melawan orang-orang kafir dan munafik, terbagi menjadi empat macam, yaitu jihad
dengan hati, lisan, harta dan jiwa raga.
4.
Jihad melawan
orang-orang zalim, ahli bid’ah, dan pembuat kemungkaran. Hal ini memiliki tiga
tahapan, yaitu jihad dengan tangan bila mampu, jika tidak maka dengan lisan
(nasihat), jiak tidak mampu maka dengan hati (diam, tidak ikut terlibat dalam
tindakan munkar).
c.
Jihadmu, jihadku dan
jihad kita
Menurut
Abdullah Faishol (Kepala Pusat Bahasa dan Budaya IAIN SURAKARTA dalam seminar
Jihad keIndonesiaan) “Prinsip utama masalah jihad sebenarnya adalah perjuangan
diri untuk tetap berpegang di jalan Allah (fi sabilillah). Hal ini dapat
dilakukan dalam berbagai konteks kehidupan bangsa sesuai dengan keahlian dan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pribadi.” Maka pengertian mati
syahid tidak hanya monopoli orang yang berperang memanggul senjata, tetapi juga
untuk orang yang meninggal di tengah-tengah menuntut ilmu, sedang berdakwah,
serta ibu yang melahirkan anak