Peterpan - Semua Tentang Kita by Umar At-Tipari

Kamis, 16 Mei 2013

KAMI BUKAN TERORIS


KAMI BUKAN TERORIS
Lage, peryergapan terduga markas teroris terjadi di beberapa wilayah Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Pengrebegan tersebut merupakan tindak lanjut oleh tim Densus 88, setelah melakukan investigasi terhadap salah satu satu terduga teroris yang tertangkap.
Masih tumbuh suburnya terorisme di Indonesia tidak terlepas dari gencarnya perekrutan anggota baru yang mayoritas mereka adalah kaum muda. Apalagi perekrutan itu kabarnya mengatas namakan jalan Jihad sebagai aksi atas kekecewaan terhadap penindasan kaum muslim di Rohingnya.
Tidak adanya upaya dari pemerintah kita, membuat beberapa kalangan kecewa atas peristiwa yang menimpa saudara kita di Rohingnya. Isu-isu itulah yang dijadikan para gembong teroris sebagai alat untuk melakukan perekrutan anggota baru.
Dan lage-lage Islam kini di sorot sebagai agama yang radikal, yang banyak melahirkan para terorisme dan pembuat bom. Tentunya opini tersebut tidak terlepas dari pemberitaan media. Padahal kita tak boleh men-justice begitu saja, walaupun dalam kenyataannya mereka adalah muslim.
Islam tak pernah mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap keras, tapi bukan berarti Islam itu lemah. Islam itu cinta damai. Hal tersebut tidak hanya opini penulis saja akan tetapi sudah tertera di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Seperti dalam firman Allah QS. Al- Kafirun ayat 6
ö/ä3s9 ö/ä3ãYƒÏŠ uÍ<ur ÈûïÏŠ ÇÏÈ
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Sudah jelas bahwa Islam melarang akan perbuatan memaksa apalagi sampai melakukan tindakan anarkis seperti terorime serta pengeboman.
a.      Makna Jihad
Kata jihad, mungkin anda sering mendengarnya. Tapi tak banyak orang tahu makna Jihad yang sesungguhnya. Kebanyakan dari mereka mengartikan kata Jihad itu sebagai tindakan yang radikal serta brutal.
Mari kita bedah makna Jihad, agar tak terjadi penafsiran yang keliru tentang hal tersebut. Menurut Quraisy Shihab kata jihad terulang dalam Al-Qur’an sebanyak empat puluh kali dengan berbagai bentuknya. Sedangkan menurut Ibnu Faris dalam buknya Mu’jam Al-Maqayis fi Al-Lughah, “Semua kata yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung arti kesulitan atau kesukaran.”
Sementara di hadist cukup banyak persoalan jihad. Imam Nawawi menyebut 67 hadis di dalam kitabnya Riyadh al- Shalihin. Diantaranya Jihad menempati posisi setelah beriman kepada Allah dan Rasul_nya. Demikian juga Jihad disebutkan setelah shalat tepat waktu dan berbakti kepada orang tua.
b.      Berbagai macam Jihad
Pada hakekatnya jihad bukan hanya berkaitan dengan peperangan dan mengangkat senyata. Ibn al-Qayyim al-Jauzy membagi Jihad ke dalam empat tahapan, yaitu
1.      Jihad mengalahkan hawa nafsu, terbagi menjadi empat macam, yaitu menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, berdakwah dan bersabar menghadapi tantangan.
2.      Jihad mengalhakan setan, terbagi menjadi dua kategori, yaitu menjauhi perkara subhat dan menolak bisikan syahwat.
3.      Jihad secara fisik melawan orang-orang kafir dan munafik, terbagi menjadi empat macam, yaitu jihad dengan hati, lisan, harta dan jiwa raga.
4.      Jihad melawan orang-orang zalim, ahli bid’ah, dan pembuat kemungkaran. Hal ini memiliki tiga tahapan, yaitu jihad dengan tangan bila mampu, jika tidak maka dengan lisan (nasihat), jiak tidak mampu maka dengan hati (diam, tidak ikut terlibat dalam tindakan munkar).
c.       Jihadmu, jihadku dan jihad kita
Menurut Abdullah Faishol (Kepala Pusat Bahasa dan Budaya IAIN SURAKARTA dalam seminar Jihad keIndonesiaan) “Prinsip utama masalah jihad sebenarnya adalah perjuangan diri untuk tetap berpegang di jalan Allah (fi sabilillah). Hal ini dapat dilakukan dalam berbagai konteks kehidupan bangsa sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pribadi.” Maka pengertian mati syahid tidak hanya monopoli orang yang berperang memanggul senjata, tetapi juga untuk orang yang meninggal di tengah-tengah menuntut ilmu, sedang berdakwah, serta ibu yang melahirkan anak






Tidak ada komentar:

Posting Komentar