Peterpan - Semua Tentang Kita by Umar At-Tipari

Selasa, 21 Mei 2013

MENJADI SESUATU



Saya sering menerima pertanyaan ini, bagaimana membalas budi orang tua kita, bang tere? Mereka sudah bekerja keras demi kita, melakukan apapun untuk kita. Maka jawabannya simpel: sekolah yang sungguh2. Itu saja. Bahkan sebenarnya, dengan sekolah yang sungguh2 ini, kalian sudah membantu banyak sekali meringankan beban pikiran orang tua.

Apakah kita sudah sekolah sungguh2? Atau hanya sibuk berangkat pagi, pulang siang/sore, duduk di kelas, melototin papan tulis, membuka buku, hanya sibuk menghabiskan waktu saja? Menunaikan rutinitas? Apakah kita lebih semangat berangkat sekolah dibanding saat facebookan? Lebih semangat saat nge-geng dengan teman2? Lebih semangat menghabiskan waktu untuk hal sia-sia dibanding mulai mengerjakan tugas, menulis paper, skripsi, dsbgnya? Saya tidak tahu jawabannya. Kalianlah yang lebih tahu.

Saya juga sering menerima pertanyaan ini, bagaimana sih biar jadi orang berguna, bang tere? Sepertinya saya ini tidak ada gunanya sama sekali. Di rumah sering diomelin. Maka jawabannya juga mudah: mulailah berguna bagi diri sendiri. Itu saja. Bahkan sebenarnya, dengan berguna bagi diri sendiri, kalian sudah membantu banyak sekali meringankan beban orang lain. Setidaknya, nggak ngerepotin, nggak jadi beban pikiran.

Apakah kita sudah mulai memikirkan menjadi berguna bagi diri sendiri? Apakah kita sudah mulai memikirkan kapan kita bisa membersihkan kamar sendiri? Mencuci pakaian sendiri? Bahkan soal makan tepat waktu, tidur tepat waktu, sudah bisa? Atau harus selalu diingatkan? Apakah kita sudah bisa berguna bagi diri sendiri mengurus barang2 milik kita, tidak berserakan, bertanggungjawab atas barang yang dibelikan orang tua? Atau masih harus terus diomelin? Apakah kita sudah berguna bagi diri sendiri? Kalianlah yang lebih tahu. Bahkan pertanyaan lebih serius, khusus yang bahkan sudah kuliah, sudah tamat kuliah, hei, kalian mau sampai kapan merepotkan orang tua? Dikit-dikit minta duit, dikit2 minta pulsa, padahal kerjaannya nggak jelas, hanya tidur, makan, internetan, kelayapan, dsbgnya--dan apesnya, masih alay pula.

Saya tidak tahu usia kalian saat membaca tulisan ini. Tapi jika kalian masih SMP, SMA, maka itu momen yang penting sekali mulai menanamkan pemahaman ini: sekolahlah yang sungguh2, bergunalah bagi diri sendiri. Silahkan saja kalau mau nge-fans sama boyband, namanya juga remaja, welcome. Silahkan saja kalau mau alay, mau nggak jelas, namanya juga remaja, welcome, tapi jangan berlebihan, berikan porsi untuk mulai bertanggungjawab atas diri sendiri. Se-usia kalian bukan berarti tidak bisa mulai punya cita-cita, punya rencana, punya mimpi, bahkan sebenarnya, ada banyak remaja seusia kalian yang sudah tahu persis harus melakukan apa.

Jadilah remaja2 yang paham mana yang baiknya dilakukan, mana yang hanya kesia-siaan. Yang paham mana yang bermanfaat, mana yang heboh, seru, tapi terus kenapa? Jadilah remaja yang berproses dewasa dengan baik.

Menjadi dewasa adalah keniscayaan. Pasti. Kita tidak hidup di tanah Peter Pan, yang anak2nya terus jadi anak2--dan jelas tidak ada Peri bernama tinker bell dalam hidup kalian. Masa remaja itu singkat sekali. Super singkat. Masih lebih lama masa kanak2. Wushh, tanpa terasa sudah dewasalah kalian. Dan ini kabar buruknya, sekali kita jadi dewasa, maka daftar tanggung jawab itu mulai diberikan kepada kita. Orang2 yang tidak segera paham untuk sekolah sungguh2, tidak paham untuk mulai berguna bagi dirinya masing2, akan kehilangan poin penting transisi tersebut. Apakah mereka tetap jadi dewasa? Ya iyalah, tetap dewasa, yang pasti dewasa fisiknya. Cara berpikir, entahlah, kalianlah yang paling tahu.

Maka, mau seheboh apapun usia remaja kalian, mau se-alay apapun, mulailah memikirkan hal ini: sekolah sungguh2, berguna bagi diri sendiri. Sungguh, besok lusa, toh kalian sendiri yang akan menikmati pemahaman baik.

Oleh Darwis Tere Liye


Tidak ada komentar:

Posting Komentar