Oleh: Novy Eko Permono
Bulan Mei
sudah memasuki pertengahan, hari ini pun setiap orang melakukan aktivitas
rutinnya seperti biasa seakan tak ada yang berbeda. Namun tidak demikian bagi
orang tua yang kehilangan anggota keluarganya dalam kejadian tragis 15 tahun
lalu itu. Bulan ini takkan bisa dilupakan bahkan untuk seluruh warga Indonesia.
Bulan Mei
merupakan bulan perubahan, dimana mei adalah puncak kekesalan warga terhadap
pemerintahan rezim Soeharto yang telah menjabat selama 32 tahun. Tiga puluh tahun
lebih bukanlah hal sebentar, apalagi dimasa itu banyak hal yang dibatasi oleh
pemerintah, bahkan seakan tidak ada lagi kata kebebasan.
Bulan Mei tak
bisa dilupakan, dimana seluruh masa berkumpul di depan gedung MPR, dengan satu
tuntutan yaitu sebuah perubahan. Demonstrasi besar-besar itu juga menelan
banyak korban dari warga sipil serta aparat berwajib. Pengrusakan fasilitas
umumpun tak mampu dihindarkan lagi. Roda perekonomian pun terhenti karena
adanya kejadian yang luar biasa tersebut.
Sekarang lima
belas tahun telah berlalu, Indonesia telah memasuki babak baru setelah
runtuhnya kepemimpinan Soeharto, masa yang dinamanakan para cendekiawan dengan
masa reformasi. Sebuah perubahan setelah perjuangan yang panjang. Reformasi merupakan titik awal menuju arah
yang diharapkan oleh setiap orang lebih baik tentunya.
Bulan Mei,
banyak hal yang sudah terjadi selama beberapa tahun ini. Indonesia kini lebih
demokratis. Kebebasan berpendapat serta berkreasi kini sudah tak dibatasi lagi.
Indonesia lebih mantap menatap hari-harinya kini. Setelah reformasi, kini kita
dapat menyalurkan aspirasi untuk memilih para wakil rakyat, presiden dan
wakilnya yang kompeten serta bertanggung jawab melalui pemilu yang demokratis
pada tahun 2004 lalu.
Tapi setelah
lima belah tahun sudah reformasi bergulir, masih banyak hal yang perlu
diperbaiki. Reformasi yang identik dengan demokrasi, malah disalah gunakan oleh
beberapa pihak yang tak bertanggung jawab. Selama lima belas tahun ini, korupsi
kian menjamur di kalangan wakil rakyat. Mulai dari anggota DPR yang terhormat,
hakim, aparat kepolisian sampai dengan ketua parpol.
Pemerataan pembangunan
serta pengurangan angka kemiskinan yang digadang-gadang akan terwujud setelah
adanya reformasi ternyata hanyalah tinggal angan saja. Lima berlas tahun sudah
reformasi, tetapi negeri ini tetaplah carut marut. Masih banyak persoalan yang
belum terselesaikan. Angka kemiskinan kian melambung, apalagi ditambah akan
naiknya harga BBM.
Memang semua
ini bukan lah tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab kita bersama
untuk mewujudkan negeri ini semakin makmur, Indonesia yang lebih baik. Kita tunjukkan
pada mereka kalau bangsa ini bukan lah negerinya para koruptor, bukanlah bangsa
yang hanya memiliki banyak penduduk, bukan lah bangsa yang setiap harinya
terjadi kekerasan dimana mana, tetapi bangsa ini adalah tumpah darah kita,
negeri yang menjunjung tinggi pluralisme, negeri yang indah tak ada
tandingannya. Mari kita bersama dengan semangat reformasi kita lakukan
perubahan, mari kita berkarya, mari kita berikan yang terbaik untuk tanah kita
tercinta.
EEEMMMM . . mnurt kamu, setelah 15 tahun, Indonesia udah kayak gmana??
BalasHapusbanyal hal yg udah dilalui Indonesia, sudah bnyak pula perubhan positf yg trjadi spt, skrg prrhatian pmerintah ttg pndidikan sudh lebih baik, namun pendidikan mash blum mrata. secara umum masih bnyak PR utk kita, supaya Indonesia ini jadi lebih baik
BalasHapus