Peterpan - Semua Tentang Kita by Umar At-Tipari

Rabu, 04 Juni 2014

Kita Sendiri

Banyak sekali orang yang berusaha meyakinkan sebuah urusan di hati orang lain. Mematut-matut apakah orang lain akan bilang iya, sependapat kepada kita, serius sekali mencari cara agar orang lain menghargai apa yang sedang kita kerjakan.

Buat apa?

Bukankah keyakinan itu tidak ada di hati orang lain, melainkan di hati kita sendiri. Jangan terbalik memahaminya. Karena jika berjuta orang  bilang "oke", tetap kita sendiri yang tahu persis "oke" sungguhan atau tidak. Kedamaian, kebahagiaan itu ada di hati kita. Sesederhana itu.

Maka tidak perlu sama sekali pamer ini, pamer itu. Tidak perlu sama sekali berdebat ini, berdebat itu. Tidak perlu sama sekali menunjukkan kalau kita itu keren, cool, hebat. Buat apa? Kalaupun orang2 memang bilang begitu, tetap saja yang tahu persis kita sendiri.

Saya menulis hal ini berkali-kali, berkali-kali, agar kita paham sekali situasinya. Sekolah misalnya, tidak ada itu definisi sekolah top, jurusan top, sekali kita meyakini pilihan kita oke, dijalani dengan sungguh2, maka top sudah jurusan dan kampus kita. Pekerjaan contoh berikutnya, tidak ada itu definisi pekerjaan hebat, karena bahkan tukang semir, tukang jaga WC di terminal, bisa bahagia dengan pekerjaannya. Sementara bos perusahaan, menteri, pejabat, segala sesuatu yang disangka keren banget, ternyata tidak bahagia, susah tidur. Apalagi kalau hanya soal pilihan, pendapat, dsbgnya. Silahkan saja kalau orang2 mau mendefenisikan mana yang top mana yang tidak, mana yang bahagia mana yang tidak bahagia, silahkan, toh, kita tidak hidup dalam definisi orang2 tersebut.

Kita tidak perlu meminjam pendapat orang lain untuk berdiri tegak atas pendapat sendiri. Kita tidak perlu meminjam kalimat2 orang lain untuk meyakini kalimat2 sendiri. Dan sungguh, kita tidak pernah membutuhkan kebahagiaan di hati orang lain, untuk memiliki kebahagiaan di hati sendiri.

Itulah kenapa, dalam agama itu, pelajaran pertama yang diberikan adalah: tauhid. Keyakinan.

Karena Allah (yang maha tahu ciptaannya), menyiapkan mahkluk yang disebut manusia itu, besok lusa akan dinilai dari keyakinan, faith, iman di dalam hatinya. Fisiknya hancur lebur, menjadi tanah, tapi jiwanya, keyakinan tersebut akan menetap. Carilah pondasi keyakinan paling mantap dalam hidup ini, prinsip2 kebenaran, pemahaman hidup terbaiknya, lantas jalani dengan kalimat, tindakan yang kongkret.

Tidak ada yang menjanjikan kita akan kaya, terkenal, berkuasa dengan hal tersebut, tapi dijamin, kedamaian akan menetap di hati kita.

Oleh Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar