Peterpan - Semua Tentang Kita by Umar At-Tipari

Senin, 11 November 2013

Cemburu di Rumah Kita



(diadaptasi dari Majalah Hadila Edisi 7 Mei 2013)

Mas lagi dimana, sama siapa, ngapain, pulang kapan?
Pernahkah Anda mendapatkan serentetan sms atau telepon langsung dari pasangan Anda yang kurang lebih sama dengan redaksional di atas? Jika iya, wajar bila waktu Anda akan merasa jenuh dan lelah dengan makna kalimat yang penuh selidik tersebut. Terlebih hal itu dilakukan secara berulang-ulang. Seolah-olah anda layak untuk dijadikan target operasi investigasi.
Bukan suatu hal yang aneh jika pasangan anda mencuri-curi waktu sekedar mengecek isi dompet anda. Hanya sekedar ingin tahu. Masihkah foto dia berada dalam dompet Anda ataukah ada foto lain yang lebih muda dan lebih cantik. Bukan hal tabu pula manakala sms di handphone Anda juga diselidiki. Kesemuanya itu dilakukan semata-mata hanya untuk memastikan masihkah Anda menempatkan dia di singgasana hati anda yang paling tinggi.
Ya, dalam medan rumah tangga bisa dibilang inilah fenomena cinta dan  cemburu. Sebuah irisan perasaan yang kadang membuat dilematis. Salah sedikit saja menempatkan dua perasaan itu, maka fatal akibatnya. Coba kita lihat, sudah berapa banyak pemberitaan di media massa yang menyajikan kasus pembunuhan akibat api cemburu. Inilah bentuk pertaruhan bagi mereka yang tidak bisa menjaga keutuhan cintanya pada pasangan hidup.

Manajemen Cemburu
Cemburu adalah fitrah yang diberikan pada manusia dan lahir dari beberapa faktor. Namun, meski menjadi fitrah kadangkala justru manusia itu sendiri yang kurang tepat dalam memaknai sekaligus  memperlakukannya.
Kecemburuan berlebihan yang bersemayam dalam hati ibarat duri dalam daging atau kabut hitam yang menyelimuti perasaan dan pikiran. Jika tidak segera dihilangkan, maka selamanya akan mengganggu romantisme kita dengan pasangan. Karena itu, idealnya butuh proses-proses yang dewasa dan bijak untuk menyelesaikannya melalui mekanisme klarifikasi (tabayyun), koreksi (tanashuh), maupun introspeksi (muhasabah). Hal itu tentunya juga harus ditopang dengan kelegaan hati dan jiwa yang lapang, sehingga akan menghindarkan suasana batin yang menyalahkan.
Klarifikasi, koreksi, dan introspeksi diri kurang sempurna jika tidak di akhiri dengan mencairkan suasana melalui sikap saling memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan. Jangan biarkan dendam atau emosi menguasai pikiran dan hati kita. Kebesaran jiwa untuk memaafkan dan ketulusan hati melupakan kesalahannya akan membuat pasangan semakin menyayangi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar