(diadaptasi dari Majalah Hadila Edisi 7 Mei 2013)
Mas lagi dimana, sama siapa, ngapain, pulang kapan?
Pernahkah Anda
mendapatkan serentetan sms atau telepon langsung dari pasangan Anda yang kurang
lebih sama dengan redaksional di atas? Jika iya, wajar bila waktu Anda akan
merasa jenuh dan lelah dengan makna kalimat yang penuh selidik tersebut.
Terlebih hal itu dilakukan secara berulang-ulang. Seolah-olah anda layak untuk
dijadikan target operasi investigasi.
Bukan suatu
hal yang aneh jika pasangan anda mencuri-curi waktu sekedar mengecek isi dompet
anda. Hanya sekedar ingin tahu. Masihkah foto dia berada dalam dompet Anda
ataukah ada foto lain yang lebih muda dan lebih cantik. Bukan hal tabu pula
manakala sms di handphone Anda juga diselidiki. Kesemuanya itu dilakukan
semata-mata hanya untuk memastikan masihkah Anda menempatkan dia di singgasana
hati anda yang paling tinggi.
Ya, dalam
medan rumah tangga bisa dibilang inilah fenomena cinta dan cemburu. Sebuah irisan perasaan yang kadang
membuat dilematis. Salah sedikit saja menempatkan dua perasaan itu, maka fatal
akibatnya. Coba kita lihat, sudah berapa banyak pemberitaan di media massa yang
menyajikan kasus pembunuhan akibat api cemburu. Inilah bentuk pertaruhan bagi
mereka yang tidak bisa menjaga keutuhan cintanya pada pasangan hidup.
Manajemen Cemburu
Cemburu adalah
fitrah yang diberikan pada manusia dan lahir dari beberapa faktor. Namun, meski
menjadi fitrah kadangkala justru manusia itu sendiri yang kurang tepat dalam
memaknai sekaligus memperlakukannya.
Kecemburuan
berlebihan yang bersemayam dalam hati ibarat duri dalam daging atau kabut hitam
yang menyelimuti perasaan dan pikiran. Jika tidak segera dihilangkan, maka
selamanya akan mengganggu romantisme kita dengan pasangan. Karena itu, idealnya
butuh proses-proses yang dewasa dan bijak untuk menyelesaikannya melalui
mekanisme klarifikasi (tabayyun), koreksi (tanashuh), maupun
introspeksi (muhasabah). Hal itu tentunya juga harus ditopang dengan
kelegaan hati dan jiwa yang lapang, sehingga akan menghindarkan suasana batin
yang menyalahkan.
Klarifikasi,
koreksi, dan introspeksi diri kurang sempurna jika tidak di akhiri dengan
mencairkan suasana melalui sikap saling memaafkan dan melupakan kesalahan
pasangan. Jangan biarkan dendam atau emosi menguasai pikiran dan hati kita.
Kebesaran jiwa untuk memaafkan dan ketulusan hati melupakan kesalahannya akan
membuat pasangan semakin menyayangi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar