Peterpan - Semua Tentang Kita by Umar At-Tipari

Senin, 11 November 2013

Mereaktualisasi Pemikiran Ki Hajar Dewantara



(diadaptasi dari majalah Hadila edisi 7 Mei 2013, oleh Metty Setyowati, S. Pd, staf pengajar SMP PGRI 5, Sukodono, Sragen, Jawa Tengah)

Pendidikan masih diyakini sebagai salah satu elemen penting mengentaskan bangsa ini dari segala ketertinggalan. Pasalnya, hanya melalui pendidikanlah (terutama yang formal) proses membentuk generasi yang berilmu-berakhlak bisa terwujud. Oleh karena itu, menjadi hal yang wajar jika dunia pendidikan berikut ruang lingkupnya  selalu berubah bentuk mengikuti tuntutan perubahan. Cita-cita untuk melahirkan generasi muda yang berpendidikan diharapkan akan senantiasa selaras dengan tuntutan zaman.
Sayangnya, untuk mewujudkan generasi yang berkualitas secara keilmuan dan akhlak, bukanlah perkara yang mudah. Inovasi sistem, metode atau apa pun bentuknya yang bertujuan mencetak generasi yang berkualitas tak selamanya berjalan mulus. Ada titik lubang disana sisni yang kurang luwes dan adaptif. Akibatnya, institusi pendidikan belum optimal dalam melahirkan output yang berkualitas
Contohnya nyata dalam kehidupan sekitar kita adalah masih banyaknya kasus yang mengemuka berupa penyimpangan moral para guru atau pendidik, baik dalam bentuk kekerasan seksual maupun fisik. Ini jelas sebuah tantangan yang perlu ditaklukkan dan ditemukan solusinya.
Belum lagi, wajah moral para siswa yang masih compang-camping oleh ketidakberdayaan mereka menguasai dirinya sendiri. Mulai dari aksi tawuran hingga lilitan arus kehidupan pergaulan yang bebas. Semua adalah variabel rumit yang akan terus hadir disetiap waktu.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Bertalian dengan hal di atas, tampaknya kita perlu menemukan ragam solusi dari proses pendalaman tiap masalah. Salah satunya ialah kembali mencermati ulang warisan pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.
Bukan semata dalam rangka menghormati jasanya, namun lebih menemukan benang merah atau relevansi pemikirannya ke konteks persoalan  pendidikan kekinian. Salah satu filosofi pendidikan beliau ialah bagaimana menjadikan budi pekerti dan pikiran sebagai satu kesatuan utuh sehingga pendidikan yang terselenggara bisa menjunjug martabat diri dan bangsa.
Dalam menyelenggarakan pengajaran dan pendidikan yang terhimpunan dan konsep Among (Tutwuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarso Sung Tulodho), haruslah tetap memperhatikan ilmu jiwa, jasmani, moral, estetika dan menerapkan metodologi yang membangun karakter. Di sinilah titik relevansi, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pendidikan yang membentuk karakter kemanusiaan yang cerdas dan beradab. Oleh karena itu, taka ada salahnya kalau kita kembali mereaktualisasi konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara demi sebuah tatanan pendidikan yang lebih baik bagi bangsa ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar